About


Ifa Imoutz
javascript:void(0)

Sabtu, 28 Januari 2012

BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan
2.1.1 Pengertian
     Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam – macam gejalanya, proses dan latar belakangnya (Bahiyatun, 2011).
     Psikologi kehamilan adalah keadaan psikologi yang dialami oleh seorang calon ibu selama dalam masa kehamilan (Bahiyatun, 2011).
     Psikologi ibu bersalin adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa seorang ibu dalam menghadapi serangkaian kejadian yang ditandai dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Bahiyatun, 2011).
     Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau (Eko, 2010).
2.1.2 Faktor Predisposisi Kecemasan
7
     Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup (Eko, 2010).
    Berbagai faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan yaitu faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi. Pada pasien yang akan menjalani operasi, faktor predisposisi kecemasan yang sangat berpengaruh adalah factor psikologis, terutama ketidak pastian tentang prosedur dan operasi yang akan dijalani (Eko, 2010) .
2.1.3  Gejala Kecemasan
     Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase (Eko, 2010), yaitu:
1. Fase 1
     Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan non adrenalin.
     Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan. Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar.
2. Fase 2
     Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri.
     Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua.
     Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu.
3. Fase 3
      Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti: intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian.
2.1.4 Klasifikasi Tingkat Kecemasan
     Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Eko, 2010).
1.   Kecemasan ringan
     Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsi atas keadaan yang dialaminya. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
2. Kecemasan sedang
     Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

3. Kecemasan berat
     Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
4. Panik
     Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi.
2.1.5 Kehamilan
     Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya (Wikipedia, 2007).
     Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan (Medicastore, 2006).
     Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga terjadinya konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin. lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan), dihitung dari pertama haid terakhir (Faisal, 2009).
Faktor – faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu:
1. Faktor fisik
     Selama kehamilan seorang wanita mengalami perubahan secara fisik seperti uterus akan membesar karena didalamnya telah tumbuh janin, tentunya dengan adanya perubahan tersebut keadaan kesehatan ibu akan berubah pula karena tubuh ibu dipersiapkan untuk mendukung perkembangan dari kehidupan yang baru dan untuk menyiapkan janin hidup di luar kandungan. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya status yang buruk atau penyakit yang diderita klien seperti penyakit jantung, asma dan diabetes. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat.
2. Faktor Psikologi
     Kehamilan merupakan krisis maternitas yang dapat menimbulkan stres tetapi berharga karena menyiapkan wanita tersebut untuk memberi perawatan dan mengeemban tugas yang lebih berat. Apabila wanita saat hamil berubah perangainya menjadi cepat naik darah atau yang rajin menjadi malas hal tersebut merupakan hal yang wajar karena wanita tersebut mengalami perubahan emosi.
3. Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
     Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan kehidupan manusia, namun berbagai kelompok masyarakat denagn kebudayaannya diseluruh dunia memiliki aneka persepsi, interpretasi, dan respon dalam mengahadapinya. Proses pembentukan janin hingga kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dalam aspek biopsikokulturalnya sebagai suatu kesatuan bukan hanya dilihat semata dari aspek biologis dan fisiologisnya.

2.2  Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III
     Ketidaknyamanan kehamilan trimester III adalah keadaan tidak nyaman yang dirasakan oleh ibu hamil trimester III yaitu dari mulai umur kehamilan 28 minggu sampai 40 minggu (Maria, 2007).
     Tidak semua wanita mengalami semua ketidaknyamanan yang umum muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat. Bebasnya seorang wanita dari ketidaknyamanan tersebut dapat membuat perbedaan signifikan terhadap cara wanita memandang pengalaman kehamilannya. Aspek fisiologis, anatomis dan psikologis yang mendasari setiap ketidaknyamanan (jika diketahui) dijelaskan untuk merangsang pikiran ibu hamil mencari upaya lebih lanjut untuk mengatasinya. Cara mengatasi ketidanyamanan ini didasarkan pada gejala yang muncul (Maria, 2007).
     Adapun ketidaknyaman-ketidaknyaman yang bisa terjadi pada ibu hamil trimester III adalah (Maria, 2007):
1.   Konstipasi atau Sembelit
Konstipasi atau Sembelit selama kehamilan terjadi karena peningkatan hormon progesterone yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus kurang efisien, konstipasi juga dipengaruhi karena perubahan uterus yang semakin membesar, sehingga uterus menekan daerah perut, dan penyebab lain konstipasi atau sembelit adalah karena tablet besi (iron) yang diberikan oleh dokter/ bidan pada ibu hamil biasanya menyebabkan konstipasi juga, selain itu tablet besi juga menyebabkan warna feses (tinja) ibu hamil berwarna kehitam-hitaman tetapi tidak perlu dikhawatirkan oleh ibu hamil karena perubahan warna feses karena pengaruh zat besi ini adalah normal.
Cara mengatasi konstipasi atau sembelit adalah:
1).  Minum air putih yang cukup minimal 6-8 gelas/ hari
2).  Makanlah makanan yang berserat tinggi seerti sayuran dan buah
3). Lakukanlah olahraga ringan secara teratur seperti berjalan (Jogging)
4). Segera konsultasikan ke dokter/ bidan apabila konstipasi atau sembelit tetap terjadi.

2. Edema atau pembengkakan
     Edema pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri pada vena kava inferior saat ia berada dalam posisi terlentang. Pakaian ketat yang menghambat aliran balik vena dari ekstremitas bagian bawah juga memperburuk masalah. Edema akibat kaki yang menggantung secara umum terlihat pada area pergelangan kaki dan hal ini harus dibedakan dengan perbedaan edema karena preeklamsia/eklamsia.
Adapun cara penangaannya adalah sebagi berikut:
1)   Hindari menggunakan pakaian ketat
2)   Elevasi kaki secara teratur sepanjang hari
3)   Posisi menghadap kesamping saat berbaring
4) Penggunaan penyokong atau korset pada abdomen maternal yang dapat melonggarkan vena-vena panggul
3. Insomnia
     Pada ibu hamil, gangguan tidur umunya terjadi pada trimester I dan trimester III. Pada trimester III gangguan ini terjadi karena ibu hamil sering kencing (dibahas pada sub bahasan sebelumnya yaitu sering buang air kecil/nokturia), gangguan ini juga disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang dirasakan ibu hamil seperti bertambahnya ukuran rahim yang mengganggu gerak ibu.
Beberapa cara untuk mengurangi gangguan insomnia, yaitu:
1)      Ibu hamil diharapkan menghindari rokok dan minuman beralkohol
Menghindari merokok dan mengkonsumsi alcohol pada saat hamil. Selain membahayakan janin, rokok dan alkohol juga membuat ibu hamil sulit tidur.
2)      Ibu hamil diharapkan menghindari kafein. Menghindari kafein dapat membuat seseorang susah tidur dan membuat jantung berdebar. Selain terdapat pada kopi, kafein juga terdapat pada teh soda, dan cokelat.
3) Sejukkan kamar tidur. Hentikan olahraga, setidaknya 3 atau 4 jam sebelum tidur.
4)  Usahakan tidur sebentar di siang hari
     Tidur di siang hari dapat membantu ibu mengusir rasa lelah. Sebaiknya tidur di siang hari cukup dilakukan 30 sampai 60 menit saja. Jika ibu terlalu lama tudur siang, bisa jadi ibu tidak dapat tidur di malam hari.
5)  Biasakan miring kiri
     Biasakan tidur dalam posisi miring ke kiri mulai trimester pertama sampai akhir kehamilan. Posisi tidur miring ke kiri juga akan membantu darah dan nutrisi mengalir lancar ke janin dan rahim, serta membantu ginjal untuk sedikit memperlambat produksi urine. Membiasakan tidur dalam posisi ini juga bermanfaat untuk membantu ibu tidur lebih optimal ketika perut semakin membesar pada trimester III.
7)  Kurangi minum pada malam hari
     Sebaiknya ibu lebih banyak minum pada pagi dan siang hari untuk mengurangi frekuensi buang air kecil pada malam hari yang berakibat juga ibu sering kencing pada malam hari.
8)  Minum segelas susu hangat
     Meminum segelas susu hangat akan membuat ibu hamil mudah terlelap. Kandungan asam amino tryptophan yang terdapat dalam susu akan meningkatkan kadar serotonin dalam otak dan membantu ibu hamil tidur. Susu juga akan membangkitkan hormone melatonin dalam darah yang membuat seseorang menjadi mudah mengantuk.
4. Nyeri punggung bawah (Nyeri Pinggang)
     Nyeri punggung bawah (Nyeri pinggang) merupakan nyeri punggung yang terjadi pada area lumbosakral. Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang membesar. Jika wanita tersebut tidak memberi perhatian penuh terhadap postur tubuhnya maka ia akan berjalan dengan ayunan tubuh kebelakang akibat peningkatan lordosis. Lengkung ini kemudian akan meregangkan otot punggung dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri. Masalah memburuk apabila wanita hamil memiliki struktur otot abdomen yang lemah sehingga gagal menopang berat rahim yang membesar. Tanpa sokongan, uterus akan mengendur. Kondisi yang membuat lengkung punggung semakin memanjang. Kelemahan otot abdomen lebih sering terjadi pada wanita grande multipara yang tidak pernah melakukan latihan untuk memperoleh kembali struktur otot abdomen normal. Nyeri punggung juga bisa disebabkan karena membungkuk yang berlebihan, berjalan tanpa istirahat, angkat beban, hal ini diperparah apabila dilakukan dalam kondisi wanita hamil sedang lelah. Mekanika tubuh yang tepat saat mengangkat beban sangat penting diterapkan untuk menghindari peregangan otot tipe ini.
     Berikut ini adalah dua prinsip penting yang sebaiknya dilakukan oleh ibu hamil:
1)   Tekuk kaki daripada membungkuk ketika mengambil atau mengangkat apapun dari bawah
2)   Lebarkan kedua kaki dan tempatkan satu kaki sedikit didepan kaki yang lain saat menekukan kaki sehingga terdapat jarak yang cukup saat bangkit dari proses setengah jongkok
Cara untuk mengatasi ketidaknyamanan ini antara lain:
1)   Postur tubuh yang baik
2)   Mekanik tubuh yang tepat saat mengangkat beban
3)   Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan berjalan tanpa istirahat
4)   Gunakan sepatu bertumit rendah; sepatu tumit tinggi tidak stabil dan memperberat masalah pada pusat gravitasi dan lordosis
5)   Jika masalah bertambah parah, pergunakan penyokong penyokong abdomen eksternal dianjurkan (contoh korset maternal atau belly band yang elastic).
6)   Kompres hangat (jangan terlalu panas) pada punggung (contoh bantalan pemanas, mandi air hangat, duduk di bawah siraman air hangat)
7)   Kompres es pada punggung
8)   Pijatan/ usapan pada punggung
9)   Untuk istirahat atau tidur gunakan kasur yang menyokong atau gunakan bantal dibawah punggung untuk meluruskan punggung dan meringankan tarikan dan regangan.
5. Kegerahan
     Saat hamil terjadi peningkatan aliran darah, agar penyuluhan zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin dapat berjalan lancar. Kondisi ini bisa menyebabkan anda mudah merasa kepanasan atau kegerahan. Umumnya, keluhan ini muncul saat kandungan mencapai 20 minggu atau saat aliran darah di dalam tubuh mulai meningkat.
     Kegerahan disebabkan selain karena peningkatan kadar hormone progesteron yang membuat pembuluh darah melebar dan aliran darah lebih meningkat, bisa juga disebabkan metabolisme di tubuh yang makin meningkat makin tinggi laju metabolisme, makan banyak pula kalori atau energy panas yang dihasilkan atau dilepaskan. Selain itu, disebabkan juga karena proses bernapas dan berkeringat yang anda lakukan, yang antara lain berfungsi membuang kelebihan panas di dalam tubuh ibu hamil. Janin juga mengahasilkan panas di dalam tubuhnya, tetapi janin belum bisa melakukan proses berkeringat dan bernapas maka kelebihan panas di dalam tubuh janin di buang ke melalui tubuh ibu. Itu sebabnya, semakin bertambah usia janin anda, panas yang dikeluarkan tubuhnya juga semakin banyak. Anda pun jadi mudah kegerahan, serta akan lebih banyak mengeluarkan keringat.
Cara mengatasi kegerahan yang dialami oleh ibu hamil adalah:
1)   Pakai baju yang longgar dan nyaman
2)   Pilihlah baju dari bahan yang mudah menyerap keringat seperti dari bahan katun
3)   Jaga sirkulasi udara di dalam rumah agar tetap baik. Misalnya, dengan sering membuka jendela atau pintu
4)   Hidari tempat-tempat sempit yang membuat anda merasa pengap
5)   Sering-seringlah berada di ruangan terbuka atau alam terbuka
6)   Perbanyak minum cairan, baik air putih maupun jus buah segar untuk mengganti cairan tubuh yang keluar dalam bentuk keringat.
6. Sering Buang Air Kecil
     Peningkatan frekuensi berkemih atau sering buang air kecil disebabkan oleh tekanan uterus karena turunnya bagian bawah janin sehingga kandung kemih tertekan dan mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat karena kapasitas kandung kemih berkurang. Sebab lain adalah karena nocturia yang terjadinya aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang berbaring pada saat tidur malam hari. Akibatnya adalah pola diurnal kebalikannya sehingga terjadi peningkatan pengeluaran urin pada saat hamil tua.
Cara mengurangi ketidaknyamanan ini adalah:
1). Ibu perlu penjelasan tentang kondisi yang dialaminya
2). Mengurangi asupan cairan pada sore hari

2.3  Psikologi Kehamilan
a. Trimester I
     Pada awal kehamilan perasaan gembira atau sedih pada ibu hamil bergantung pada adanya kecemasan, rasa mual, dan perubahan fisik yang terjadi. Pengalaman kehamilan masa lalu juga mempengaruhi tingkat emosional ibu hamil (Bahiyatun, 2011). Selain itu akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormon estrogen dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan (Yuni Dkk, 2009). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester pertama dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Secara ringkas, selama trimester I ibu hamil mempunyai reaksi psikologis dan emosional pertama terhadap kehamilannya dan segala akibatnya berupa kecemasan, ketakutan dan rasa panik. Dalam alam pikiran mereka, kehamilan merupakan ancaman, gawat, menakutkan dan membahayakan bagi diri mereka, sehingga periode ini berisiko tinggi memicu pertengkaran dan rasa tidak nyaman (Bahiyatun, 2011).
b. Trimester II
     Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang, perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban (Yuni Dkk, 2009). Kecemasan, kekhawatiran atau kegembiraan ibu hamil pada trimester ini bergantung pada keadaan bayinya dan apa yang dirasakan dengan tanda dan gejala kehamilannya (Bahiyatun, 2011).
     Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna (Yuni Dkk, 2009).
c. Trimester III
     Trimester III sering disebut sebagai periode penantian yaitu waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi. Ibu akan lebih sering bermimpi tentang bayinya, anak – anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terjebak ditempat kecil dan tidak bisa keluar, ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan, ibu juga akan memiliki perasaan mudah terluka. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Yuni Dkk, 2009).
     Pada ibu hamil trimester III reaksi umum yang terjadi adalah ibu berperasaan aneh, merasa dirinya menjadi jelek, dan menjadi lebih introvert. Dengan perubahan tubuh yang menjadi gemuk ibu merasa dirinya aneh dan jelek. Timbul keraguan dalam dirinya bahwa suaminya tetap menyayanginya, gangguan yang mungkin terjadi adalah mulai timbulnya ketakutan menjelang persalinan, ibu hamil mulai membayangkan proses persalinan yang menegangkan dan rasa sakit yang akan dialami. Perasaan ini tentu saja berbeda diantara ibu. Ibu hamil anak pertama, ibu yang mempunyai riwayat melahirkan sulit maupun ibu yang mengetahui bahwa bayinya cacat / bayinya mati dalam kandungan memiliki tingkat ketakutan dan kecemasan berbeda. Hal ini dapat berpengaruh pada tekanan darah, his dan kekuatan ibu mengejan pada saat bersalin. Namun, ibu yang mempunyai sikap positif akan menganggap bahwa kelahiran / persalinan merupakan harapan dan tantangan dan ia mendapatkan pahala dengan kelahiran anaknya (Bahiyatun, 2011).
Faktor yang mempengaruhi perubahan psikologi pada ibu hamil menurut (Bahiyatun, 2009), yaitu:
1. Status kesehatan
     Pemeriksaan kesehatan lengkap merupakan salah satu pertimbangan sebelum kehamilan untuk mengetahui kesehatan ibu agar pada saat hamil psikologi ibu yang mengalami perubahan kearah negative (terlalu cemas akan kehamilannya) akan berkurang.
2. Status gizi
     Bila status gizi seorang ibu baik, status kesehatannya baik pula.
3. Gaya hidup
     Seorang wanita yang pada masa sebelum hamil merokok, merasa cemas karena memikirkan apa yang akan terjadi pada janinnya nanti akibat ia merokok.
4. Stresor internal dan eksternal
     Stresor ini biasanya dilihat dari kesiapan seorang wanita akan kehamilannya. Ibu hamil sering tidak menyadari adanya perubahan psikologi, adanya kekecewaan, putus asa, membutuhkan perhatian, atau perubahan citra tubuh.
5. Dukungan keluarga
     Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap psikologi ibu hamil, Dukungan yang cukup dari keluarga terutama suami akan sangat membantu mengurangi rasa cemas, takut dan bingung ibu akan kehamilannya.
6. Penyalahgunaan obat
     Pemakaian obat – obatan oleh wanita hamil dapat menyebabkan masalah baik pada ibu maupun janinnya. Janin akan mengalami cacat fisik dan emosional. Wanita hamil dengan ketergantungan obat umumnya takut melahirkan bayi cacat dan mencoba sebisa mungkin untuk menghindari zat-zat berbahaya yang mungkin membahayakan perkembangan bayi mereka.

2.4 Reaksi Psikologi dalam Kehamilan Menurut (Bahiyatun, 2011).
1. Reaksi cemas
     Kecemasan baru terlihat bila ibu tersebut mengungkapkannya karena gejala klinis yang ada sangat tidak spesifik (tremor, berdebar – debar, kaku otot, gelisah, mudah lelah, insomnia).
2. Reaksi panik
     Reaksi ini ditandai dengan adanya rasa sakit dan gelisah yang hebat. Pasien mengeluh sesak nafas, telinga berdengung, jantung berdebar, penglihatan kabur, rasa melayang, takut mati atau merasa tidak tertolong lagi.
3. Reaksi obsesif kompulsif
     Gambaran spesifik dari gangguan ini adalah selalu timbul perasaan, rangsangan atau pikiran untuk melakukan sesuatu tanpa objek yang jelas.
4. Depresi berat
     Depresi berat pada ibu hamil ditandai dengan adanya perasaan sedih, menyendiri, rasa tidak dihargai, penurunan berat badan, insomnia, lemah.
5. Reaksi mania
     Ditandai dengan rasa gembira yang berlebihan (euphoria), hiperaktif, banyak bicara, mengganggu dan rasa percaya diri yang berlebihan.

Komplikasi kehamilan karena gangguan psikologis:
1. Hiperemesis gravidarum
2.   Abortus
3.   Pre eklampsia dan eklampsia

2.5 Persalinan
     Persalinan normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN, 2008).
     Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006).
Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan adalah:
1.   Passage (Jalan lahir)
     Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
2.  Power
     Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
3. Passanger
a. Janin
    Bagian hasil konsepsi setelah minggu ke-10 (Prawirohardjo, 2008).
b.  Placenta
     Placenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang atau pasenger yang menyertai janin namun placenta jarang menghambat pada persalinan normal.
c. Air Ketuban
     Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin dengan demikian pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptura atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan.
4. Psikis (psikologis)
     Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti sekarang menjadi hal yang nyata.
5.   Penolong
     Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

2.6  Psikologi Ibu Bersalin
     Psikologi ibu bersalin adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa seorang ibu dalam menghadapi serangkaian kejadian yang ditandai dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Bahiyatun, 2011).
     Hal yang perlu diperhatikan dalam usaha yang bersifat psikologis dari penolong maupun penderita untuk mengurangi rasa sakit adalah:
1.      Sugesti, yaitu member pengaruh pada penderita dengan pemikiran yang diterima secara logis. Menurut psikologi social individu yang keadaan psikisnya labil akan lebih mudah dipengaruhi dan mudah mendapatkan sugesti. Demikian juga pada ibu hamil yang keadaan psikisnya kurang stabil, terutama dalam masa persalinan, mudah sekali menerima pengaruh atau menerima sugesti yang bersifat positif. Keramah tamahan dan sikap yang menyenangkan akan menambah besarnya sugesti yang telah diberikan.
2. Pengalihan perhatian. Perasaan sakit akan bertambah, bila perhatian dikhususkan pada rasa sakit itu. Perasaan sakit itu dapat dikurangi dengan mengurangi perhatian terhadap pasien misalnya mengajak bercerita, bersenda gurau, memberikan buku bacaan yang menarik.
3. Kepercayaan, usahakan agar penderita memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri, bahwa ia mampu melahirkan bayi normal seperti wanita lain. Ibu harus percaya bahwa persalinan yang dihadapi akan lancar seperti ibu lain.    
     4. Pengaruh dukungan keluarga dalam persalinan
     Untuk mengurangi kegelisahan dan ketakutan diperlukan dukungan mental dari lingkungan baik dari tenaga kesehatan atau dari keluarga dan suami. Oleh sebab itu banyak wanita merasa lebih tenang ketika ada keluarga yang mendampingi terutama suami atau ibunya. Peran pendamping akan sangat penting bagi kondisi psikis wanita. Pendamping persalinan akan sangat mendukung mental ibu sehingga dapat membantu tenaga kesehatan saat proses persalinan. Tugas tenaga kesehatan dalam hal dukungan psikis dapat digantikan oleh suami atau keluarga lain sehingga tenaga kesehatan tinggal mengarahkan saja apa yang harus dilakukan (Eko & Hesty, 2010).
Hal – hal yang menyebabkan seorang wanita gelisah dan takut menghadapi proses persalinan:
- Trauma
- Ada perasaan takut mati
- Rasa bersalah
- Takut bayi terdapat kelainan missal cacat bawaan
- Takut kehilangan bayi yang sudah ada dikandungannya berbulan – bulan.


     Komplikasi yang Terjadi pada Ibu dan Janin Apabila Ibu tidak Mampu Meneran dengan Benar (Bahiyatun, 2011):
1). Bagi ibu
     Persalinan patologis akibat persalinan lama dapat menimbulkan ketegangan pada otot – otot jalan lahir sehingga jalan lahir menyempit dan persalinan menjadi lama.
     Penanganan yang dilakukan sebagai bidan adalah memberikan support baik kepada ibu agar ibu menjadi lebih tenang, apabila persalinan macet dapat dilakukan tindakan vakum, forcep dan bahkan apabila ibu sudah tidak bisa dikontrol emosionalnya dapat dilakukan persalinan dengan sectio sesarea.
2). Bagi janin
a. Pada janin dapat mengakibatkan fetal distress, penanganannya dengan memberikan oksigen kepada ibu
b. Dapat menyebabkan trauma pada bayi akibat persalinan lama
c. Asfiksia pada bayi baru lahir dan bahkan menyebabkan kematian janin.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Lamanya Persalinan
     Sebagian besar calon ibu terutama yang pertama kali menghadapi persalinan akan merasa cemas sehingga menimbulkan ketegangan yang dapat menimbulkan gangguan pada kontraksi uterus dan hal ini dapat menganggu persalinan.
     Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses persalinan adalah penerimaan ibu atas kehamilannya (kehamilan dikehendaki atau tidak), kemampuan untuk bekerjasama dengan pimpinan atau penolong persalinan dan adaptasi ibu bersalin terhadap nyeri persalinan. pada setiap fase persalinan terdapat kebutuhan emosional yang muncul akibat kecemasan, ketakutan, kesepian, nyeri, ketegangan, dan kegembiraan.
     Kala II dapat membuat ibu kelelahan yang disebabkan oleh penggunaan energi dalam jumlah besar oleh tubuh. Ditambah lagi jika persalinan ini adalah persalinan yang pertama, pasien tersebut mungkin mengalami kecemasan yang selanjutnya akan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi bagian tubuh lainnya.

2.8 Faktor yang Menyebabkan Kecemasan Ibu Hamil Trimester III
1. Gravida. Seorang primigravida dalam menghadapi persalinan sebagian besar selalu mengalami kecemasan. Kecemasan ini terjadi karena berbagai faktor. Kecemasan itu sendiri adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (Eko, 2010).
         Primigravida adalah Wanita yang baru hamil untuk pertama kalinya. seorang ibu primigravida biasanya mendapatkan kesulitan dalam mengenali perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang menyebabkan ketidaknyamanan selama kehamilannya berlangsung. Hal ini mempengaruhi psikologis ibu, karena kurangnya pengetahuan ibu hamil tersebut. Kurangnya pengetahuan ini juga menyebabkan ibu primigravida tidak tahu cara mengatasi ketidaknyamanan yang ibu rasakan (Eko, 2010).
2. Usia. Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun. Kematian wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal pada usia 20-29 tahun, kemudian meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
3. tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak mempunyai pendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan (Maria, 2007).

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review